Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Pernafasan Dengan Pneumonia
Kelas : 2 A
Di Susun Oleh :
Putri Ratna S
Febriyana P
Ngestu W
Pidzi
Humaezi R
Ferdi
Hermawan
Oviani K K
Nanang S
Oyok S
Rifki F
AKADEMI
KEPERAWATAN PEMERINTAH DAERAH KAB. SERANG
Jl. Letnan
Jidun No. 2 Kepandean Serang - Banten
TAHUN
AJARAN 2012-2013
I. LANDASAN TEORI
a. Definisi
Pneumonia
adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolusrespiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat pada pemeriksaan
histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamantasi berupa alveolitis dan
pengumpalan eksudat
yang dapat ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka yang
bervariasi (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
Penumonia
adalah inflasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan di
dalam alveoli. Hal ini terjadi ini terjadi akibat adanya infeksi agen atau
infeksius adalah adanya kondisi yang mengganggu tahanan saluran.
Trakhabrnkialis adalah beberapa keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan
sehingga timbul infeksi paru misalnya, kesadaran menurun, umur tua,
trakheastomi, pipa endotrakheal, dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen
yang menjadi patogen ketika memasuki saluran pernafasa. ( Ngasriyal, Perawatan
Anak Sakit, 1997).
Pneumonia
nosokomial (HAP) adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48 jam dirawat di
rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang terjadi sebelum masuk rumah
sakit.Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih
dari 48 jam setelah pemasangan intubasi endotrakeal.Pneumonia atipik
adalah pneumonia yang memberikan gambaran klinis dan radiologis yang berbeda
dengan bentuk pneumonia tipikal. gambaran klinis dan radiologis yang khas dari
pneumonia tipikal adalah berupa munculnya demam tiba-tiba disertai menggigil,
nyeri pleura dan batuk berdahak berwarna seperti karat (rust colored sputum)
dan disertai gambaran radiologis berupa konsolidasi segmental ataupun lobular.
Penyebab paling sering pneumonia atipik ini adalah Mycoplasma pneumoniae,
Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophilla dan Virus Influenza tipe A dan B.
Ternyata saat ini diyakini bahwa kuman penyebab pneumonia atipik ini mampu
menimbulkan penyakit yang berat dan dapat mengenai segala usia, hal ini merubah
image selama ini yang menyatakan bahwa kuman ini hanya menimbulkan gejala
penyakit yang ringan. Infeksi oleh kuman atipik ini juga diyakini dapat
mempermudah terjadinya koinfeksi dengan kuman tipikal (biasanya dengan
Streptococcus pneumoniae) dan adanya infeksi campur ini menyebabkan tingginya
angka kematian. Pengobatan terhadap pneumonia atipik ini adalah dengan
pemberian Makrolid, Fluoroquinolone atau Tetrasiklin.
b. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti:
1.Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.Virus: virus influenza, adenovirus
3.Micoplasma pneumonia
4.Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
1.Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2.Virus: virus influenza, adenovirus
3.Micoplasma pneumonia
4.Jamur: candida albicans
5. Aspirasi: lambung
Penyebab
tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri (+) gram, Streptococcus
Pneumoniae yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri Staphylococcus
Aureus adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering
menyebabkan pneumonia,demikian juga pseudomonas aeroginosa. Pneumonia
lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, Suatu pneumonia yang relatif sering dijumpai
yang disebabkan oleh suatu organisme yang berdasarkan beberapa aspeknya berada
diantara bakteri dan virus.(Asih&Effendy:2004).
c. Patofisiologi
Sebagian
besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus
dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat
atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami
aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada
anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/ viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/ viremia generalisata.2
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.2
d. Tanda
dan Gejala
Menurut Asih &Effendy
(2004),gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia,tetapi
terutama mencolok pada pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.Gejala-gejala
mencakup :
1). Demam dan mengiggil akibat proses
peradangan.
2). Batuk yang sering produktif dan purulen
3). Sputum berwarna merah karat (untuk
streptococcus pneumoniae),merah muda (untuk staphylococcus aureus),atau
kehijauan dengan bau khas (Pseudomonas Aeruginosa).
4). Krekel (bunyi paru tambahan)
5). Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan
edema.
6). Biasanya sering terjadi respon subyektif
dispnu.
7). Timbul tanda-tanda sianosis
8). Ventilasi mungkin berkurang akibat
panimbunan mukus,yang dapat menyebabkan atelektasis absorpsi.
9). Hemoptisis, batuk darah, dapat terjadi akibat
cedera toksin langsung pada kapiler , atau akibat reaksi paradangan yang
menyebabkan kerusakan kapiler.
e. Diagnostik
- Pemeriksaan Laboratorium
ü Jumlah Leukosit diatas
15.000-40.000/mm3.
ü Laju Endapan Darah hingga
100 mm/jam
ü Adanya peningkatan produksi Sputum
ü Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)
menunjukkan hipoksemia sebab terdapat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
didaerah pneumonia.
- Pemeriksaan Radiologis
Foto Thoraks posterior-anterior dan lateral untuk melihat
keberadaan konsolidasi r etrokardial sehingga lebih mudah untuk
menentukan lobus mana yang terkena.(Arif, Mutaqin: 2008)
f.Pengobatan
Penatalaksanaan untuk pneumonia tergantung pada
penyebab,sesuai dengan yang ditemukan oleh pemeriksaan sputum pengobatan dan
mencakup,antara lain :1). Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakterialis.Pneumonia lain juga dapat diobati dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder.
2). Istirahat
3). Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
4). Teknik-Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi resiko atlektasis
5). Juga diberikan obat-obat lain yang spesifik untuk mikro-organisme yang diidentifikasikan dari biakan sputum.
II.KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Proses
keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang
digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara
sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tidakan keperawatan
yang telah dilaksanakan (Nasrul Efendi, 1995 : 2 – 3).
a.
Pengumpulan data.
1)
Identitas klien.
Pneumonia
dapat menyerang semua usia tergantung kuman penyebabnya diantaranya adalah
pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua usia, pneumonia atipikal sering
pada anak dan dewasa muda, dan pneumonia virus sering pada bayi dan anak.
2)
Keluhan utama.
Keluhan
didahului dengan infeksi saluran pernafasan, kemudian mendadak panas tinggi
disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas ngos.
3)
Riwayat kesehatan sekarang.
Pada
klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnesa adalah klien mengeluh mendadak panas tinggi (38°C
– 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk
pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum
seperti karat dan purulen.
4)
Riwayat penyakit dahulu.
Pneumonia
sering diikuti oleh suatu infeksi saluran pernafasan atas, pada penyakit PPOM,
tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat mendasari timbulnya pneumonia.
5)
Riwayat penyakit keluarga.
Adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau asma
bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA lainnya.
v Keadaan umum:
Klien
tampak lelah, lemah, gelisah, perubahan mood terjadi, klien merasa tidak betah
di RS karena harus berbaring di tempat tidur. Vital sign meliputi:
-
Tekanan darah : 155/90 mmHg
-
Nadi
: 110 x/menit (takikardi)
-
Pernafasan
: 28 x/menit
-
Suhu
: 39 ºC
v Kulit:
Kulit
sudah keriput, kering dengan turgor buruk tapi tidak ditemukan lesi, sianosis
pada mulut dan hidung, edema tidak ada.
v
Kepala:
Simetris
tegak lurus dengan garis tengah tubuh, tidak ada luka, kulit kepala bersih,
rambut beruban dan lurus.
v
Mata:
Ikterus
(–), pupil isokhor kiri dan kanan, refleks cahaya (+), tanda-tanda anemis tidak
dijumpai.
v
Telinga:
Bentuk
simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu dan tidak ada nyeri,
serumen sedikit, tidak mengganggu pendengaran dan tidak ditemukan cairan.
v
Hidung:
Bentuk
simetris, fungsi penciuman baik, polip (–), tidak ditemukan darah/cairan keluar
dari hidung.
v
Mulut dan tenggorokan:
Mulut
sianosis, bibir kering, lidah hiperemesis, dapat dijulurkan maksimal keluar dan
bergerak bebas, refleks menelan kurang baik dan tonsil tidak infeksi.
v
Leher:
Tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan leher dapat digerakkan dengan bebas.
v Dada:
Bentuk
dada simetris, pernafasan dibantu oleh penggunaan otot aksesori, klavikula
menonjol dan sternum terlihat rata. Nyeri dada timbul saat batuk.
v
Sistem pernafasan:
Pernafasan
cepat (takipneu) dan dangkal disertai cuping hidung dispneu. Terdapat
tanda-tanda konsolidasi paru yakni pekak pada perkusi, suara nafas bronchial,
ronki basah.
v
Sistem kardiovaskuler:
Klien
mengalami takikardia dan terjadi peningkatan tekanan darah.
v
Sistem muskuloskeletal:
Klien
mempunyai postur tubuh yang tinggi dengan massa otot yang sudah menurun
(kurus).
v
Sistem neurologi:
Kesadaran
menurun/letargi, komunikasi kurang lancar, orientasi terhadap orang, waktu dan
tempat kurang baik, gelisah.
v
Sistem endokrin:
Riwayat
DM tidak ada, belum pernah dideteksi adanya penyakit akibat gangguan
metabolisme lainnya.
b. Diagnosa
Kemungkinana
diagnosa yang muncul ppada klien pneumonia adalah :
- Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, oenurunan energi, kelemahan
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea
- Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
- Gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
- Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi
c.
Interverensi
|
No.
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
& KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1.
|
Bersihan
jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi trakeabronkial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan
|
Tujuan :
Bersihan jalan nafas efektif
Krtiteria
hasil :TTV normal, sekret (-), bunyi nafas vasikuler, refleks batuk (+)
|
Mandiri
:
Kaji
frekuensi/ kedalaman pernafasan dengan gerakan dada.
Auskultasi
area paru, catat area penurunan/ tidak ada aliran udara dan bunyi nafas
adventinus, mis: krekels, mengi
Bantu
klien latihan nafas dalam. Tunjukan / bantu klien mempelajari atau melakukan
batuk efektif
|
R:takipnea, pernafasan dangkal, dan
gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan
dinding dada dan atau cairan paru
Krekels
dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon terhadap
pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan nafas/obstruksi
Nafas
dalam memudahkan ekspansi paru- paru atau jalan nafas lebih kecil.Batuk
membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten
Merangsang
batuk atau membersihkan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu
melakukan karena batuk tidak efektif atau penurunan tingkat kesadaran
|
|
2.
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
|
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil: adanya peningkatan nafsu makan, tidak mual dan muntah, BB bertambah
|
Identivikasi
faktor yang menyebabkan mual, muntah. Misalnya: sputum banyak, pengobatan
aerosol, dipsnea berat, nyeri.
Berikan
wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Berikan/ bantu
kebersihan mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase
postural, dan sebelum makan.
Jadwalkan
pengobatan pernafasan sedikitnya satu jam sebelum makan
|
pilihan
intervensi tergantung pada penyebab masalah
Menghilangkan
tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
Menurunkan
efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini
|
|
3.
|
Resiko
tinggi kekurangan volume cairan b.d demam dan dipsnea
|
Tujuan:
Mencapai keseimbangan cairan yang adekuat
Kriteria Hasil: membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian
kapiler cepat, TTV stabil
|
–>
Kaji perubahan TTV
Kaji
turgor kulit, kelembaban membrane mukosa
Pantau
masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine,. Hitung keseimbangan
cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur BB sesuai indikasi.
Tekankan
cairan sedikitnya 2.500 ml/hari atau sesuai kondisi individual
|
àMembantu
dalam pengkajian keseimbangan cairan
Indikator
langsung keadekuatan volume cairan
Memberikan
informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan pengganti
Pemenuhan
kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
|
|
4.
|
Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum
|
Tujuan:
Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil:Klien dapat beraktivitas sesuai kemampuan, kelelahan tidak
terjadi, tidak ada pucat
|
–> Evaluasi respon klien terhadap
aktivitas. Catat laporan dipsnea, peningkatan kelemahan, dan perubahan tanda
vital selama dan setelah aktivitas
Berikan
lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Dorong penggunaan menejemen stress dan pengalihan yang tepat
Jelaskan
pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat
|
Menetapkan
kemampuan atau kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi
R:Menurunkan stress dan rangsangan
berlebihan, meningkatkan istirahat
Tirah
baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan dengan
respon klien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernafasan
|
|
5.
|
Gangguan
rasa nyaman nyeri b.d inflamasi parenkim paru, batuk menetap
|
Tujuan:
Nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria Hasil:klien rileks, klien istirahat tidur, peningkatan
aktivitas dengan tepat
|
Tentukan
karakteristik nyeri, missal: tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan
karakter/lokasi/intensitas nyeri
Perikan
tindakan nyaman, misal: pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang atau
perbincangan, relaksasi atau latihan nafas dalam
|
Nyeri
dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis
Tindakan
non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangkan
ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi analgesic Alat untuk
mengontrol ketidaknyamanan dada sementara meningkatkan keefektifan upaya
batuk
|
III. Daftar Pustaka
§ Doengus, marilynn E.,dkk. Rencana
Asuhan Keperawatan Edisi 3 . 2002. Jakarta:EGC
§ Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.
§ Engran Barbara (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
§ http://www.researchgate. net/publication/42321159_Pneumonia_Atipik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar